Buku Baru

Esensi Falsafah Jawa Bagi Peradaban Umat Hindu

Jawa selama ini lebih banyak dituturkan oleh orang-orang asing atau para penulis-penulis buku yang notabene “ora Jawa“. Hal inilah yang menyebabkan pemahaman terhadap budaya Jawa lebih sering diarahkan ke makna konotasi yang bersifat negatif. Itu semua lebih dikarenakan kepentingan pribadi atau golongan dari para penutur tersebut yang ingin mengambil keuntungan dari penuturan Jawa tersebut.

Hindu sebagai akar dari peradaban Jawa, tidak begitu banyak mendapat keuntungan dari penuturan Jawa tersebut. Sebaliknya Hindu lebih banyak merugi dari para penutur-penutur tersebut. Ibarat peribahasa Jawa yang menyatakan “ora mélok mangan nangkané, malah kenék puluté (tidak ikut makan buah nangkanya tetapi malah kena getahnya)”. Walaupun ada beberapa penutur yang bersifat netral dalam menuturkan falsafah Jawa namun itu tidak sebanding dengan para penutur-penutur yang tendensius tersebut.

Sebagai umat Hindu – Jawa, penulis merasa trenyuh dengan fenomena tersebut. Akhirnya dengan berbekal satu tekad penulis mencoba menggali falsafah Jawa tersebut dan mencari intisarinya. Lalu dengan bekal sedikit pengetahuan dan pengalaman sebagai umat Hindu – Jawa, penulis  mencoba menggali esensi falsafah tersebut dalam konteks peradaban umat Hindu. Dan akhirnya selesailah penulisan buku yang kemudian penulis beri judul “Esensi Falsafah Jawa bagi Peradaban Umat Hindu”.

Dalam buku ini penulis lebih banyak menggunakan kata umat Hindu – Jawa. Ini semata-mata bukan untuk mengkotak-kotakkan agama Hindu menjadi agama yang “multikotomi“. Akan tetapi penggunaan kata “Hindu – Jawa” di sini semata-mata untuk menunjukkan bahwa agama Hindu sebagai agama universal diterima oleh semua budaya termasuk budaya Jawa sebagai budaya yang banyak diilhami oleh pemikiran-pemikiran Hindu. Barangkali nantinya akan adalagi buku-buku yang mengulas budaya-budaya daerah di Inonesia yang dikaitkan dengan pemikiran Hindu dan peradaban umat Hindu. Karena penulis yakin pasca “Pemerintahan Hindu” di Indonesia yang telah berlangsung puluhan abad ini pasti ada serpihan-serpihan budaya Hindu yang tertinggal di daerah-daerah di Indonesia. Dan jika setiap umat Hindu di daerah-daerah yang “waskita” mau menggali maka penulis juga yakin serpihan-serpihan tersebut akan dapat disatukan kembali untuk mengembalikan kejayaan Hindu di masa silam.

Bagi umat Hindu – Jawa, buku ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk memahami budaya leluhur mereka. Agar mereka dapat mengambil esensi yang terkandung di dalamnya sebagaimana yang juga ditulis dalam buku ini. Selain itu buku ini dapat dijadikan sebagai counter thesis terhadap persepsi-persepsi miring tentang budaya Jawa yang menyudutkan Hindu.

Sementara itu untuk para mahasiswa Hindu (utamanya yang dari Jawa), buku ini mungkin akan dapat digunakan sebagai bahan dalam mengkaji secara ilmiah atau mengadakan penelitian-penelitian terhadap budaya-budaya dan falsafah Jawa yang terkait dengan peradaban umat Hindu. Sebagai generasi yang lahir dari peradaban, penulis berharap mereka dapat mejadi anak anung anindita yang bisa menjunjung tinggi warisan dari para leluhur mereka.

Buku ini merupakan hasil dari usaha yang amat panjang sejak penulis dapat mengenyam pendidikan tinggi di IHDN Denpasar. Penulis merasa berhutang budi kepada Ida Pandita Mpu Nabe Reka Dharmika Sandhiyasa yang begitu banyak jasanya dalam hal “tutur, sëmbur dan sawur” terhadap penulis hingga penulis menjadi seperti sekarang ini.

Tak lupa penulis juga menghaturkan rasa terima kasih kepada Swargi Bapak Senewan yang telah mendidik dan merawat penulis sejak kecil. Walaupun beliau sudah ada di alam sunya ruri namun penulis masih terngiang-ngiang akan amanat beliau yang menyatakan “aja pati-pati ninggalaké agamané leluhurmu sënajan ta umat Hindu mung kari sëthithik (jangan sekali-sekali meninggalkan agama leluhurmu walaupun umat Hindu hanya tinggal sedikit)”. Walaupun beliau hanya nelayan dan umat biasa bagi penulis beliau adalah “Bapa Kang Katon“. Banyak para tokoh Hindu yang putra-putrinya justru tidak meneruskan langkah orang tuanya. Ini mengingatkan penulis pada seorang Penyuluh Agama Hindu dari Kediri, Bapak Yuliono yang mengatakan bahwa saat ini banyak tunggak jarak mrajak tunggak jati mati. Oleh karena itu penulis pun merasa bersyukur dilahirkan dari keluarga seorang nelayan yang hanya umat biasa.

Dan kepada Penerbit Paramita, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya atas kerjasamanya dalam penerbitan buku ini. Semoga penulisan buku ini bermanfaat bagi semua. Sebagai penutup di bawah ini, saya untaikan pengantar tulisan ini ke dalam dalam tëmbangGambuh“.

Gambuh”

Anggung sun setya tuhu,

Mring budaya ingkang adi luhung,

Mangkya hamba aturakën kawruh néki,

Mrih tyasira kapirangu,

NIRING BAHNI RUMING WONG.

 

Dapatkan buku “Esensi Falsafah Jawa bagi Peradaban Umat Hindu” sekarang juga.

Lebih lanjut silahkah kunjungi http://www.penerbitparamita.com

Tinggalkan komentar

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed